17 Oktober 2011
Apakah Istri-istri Rasululloh SAW Ada Yang Bukan Muslimah?
Bismillah,
Beberapa waktu lalu saya membaca sebuah pendapat yg dilontarkan seseorang (yg setahu saya ybs adalah JIL (atau simpatisannya?)) yg mengatakan bahwa ADA 2 ISTRI Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam yg TIDAK BERAGAMA ISLAM (dengan kata lain, BUKAN MUSLIMAH).
Seperti kita ketahui, Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memang mempunyai beberapa istri.
Istri yg dimaksud oleh ybs adalah Safiyya Bin Huyayy dan Maria Al Qabtiyya.
Jika anda baca latar belakang kedua istri Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut, memang bukan datang dari kalangan Islam. Safiyya datang dari kalangan Yahudi sementara Maria beragama Nasrani.
Saya tidak mengerti mengapa si X (katakanlah demikian) membesar-besarkan latar belakang kedua istri Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut? Apakah si X hendak mengatakan bahwa umat Islam boleh saja menikahi perempuan Yahudi dan Nasrani?
Dalam artikel saya tentang pernikahan beda agama (laki2 muslim dan perempuan non muslim), memang ada perbedaan pendapat mengenai kriteria ahli kitab. Tentu saja, sebaik-baiknya adalah mencari yg seiman (sama-sama Islam).
Terlebih si X mengatakan bahwa tidak ada hadits dari kedua istri Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini karena (alasan si X) hadits hanya diterima dari istri yg Islam.
Nampaknya si X melupakan (atau tidak tahu?) sejarah, bahwa menjelang pernikahannya dengan Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kedua istri ini MASUK ISLAM! Bahkan ada yg menyanggah pernyataan si X dengan mengatakan bahwa istri2 Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini PERNAH meriwayatkan hadits!
Saya kutip sanggahannya:
“Shafiyah ada 25 dalam Kutubut Tis’ah; Shahih Al-Bukhari 7 Hadits, Shahih Muslim 1 Hadits, .Sunan At-Tirmizi 3 Hadits, Sunan Abi Dawud 3 Hadits, Sunan ibn Majah 2 Hadits, di Musnad Ahmad 7, & Sunan Ad-Darimiy 2 Hadits.”
Anda bisa cek sumbernya di sini dan di sini.
Yang lebih parah lagi, saya pernah membaca pendapat si Y yg mengatakan bahwa pernikahan Khadijah RA dengan Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam TIDAK SAH, KARENA DILAKUKAN SECARA NON ISLAM (MENGGUNAKAN CARA NASRANI)!
Jika merujuk kepada kehidupan Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau menikahi Khadijah RA pada umur 25, yg notabene beliau BELUM menjadi RASUL. Namun si Y nampaknya sengaja menginformasikan sepotong-sepotong, karena setelah Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallammenjadi Rasul, maka pernikahan beliau dengan Khadijah RA DIULANG SESUAI DENGAN HUKUM ISLAM.
Sekali lagi, perang pemikiran (ghazwul fikri) terus dilancarkan oleh musuh2 Islam, yg tujuannya jelas, menjauhkan kaum muslim dari Islam.
Semoga kita terlindungi dari hal2 semacam ini.
Beberapa waktu lalu saya membaca sebuah pendapat yg dilontarkan seseorang (yg setahu saya ybs adalah JIL (atau simpatisannya?)) yg mengatakan bahwa ADA 2 ISTRI Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam yg TIDAK BERAGAMA ISLAM (dengan kata lain, BUKAN MUSLIMAH).
Seperti kita ketahui, Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memang mempunyai beberapa istri.
Istri yg dimaksud oleh ybs adalah Safiyya Bin Huyayy dan Maria Al Qabtiyya.
Jika anda baca latar belakang kedua istri Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut, memang bukan datang dari kalangan Islam. Safiyya datang dari kalangan Yahudi sementara Maria beragama Nasrani.
Saya tidak mengerti mengapa si X (katakanlah demikian) membesar-besarkan latar belakang kedua istri Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut? Apakah si X hendak mengatakan bahwa umat Islam boleh saja menikahi perempuan Yahudi dan Nasrani?
Dalam artikel saya tentang pernikahan beda agama (laki2 muslim dan perempuan non muslim), memang ada perbedaan pendapat mengenai kriteria ahli kitab. Tentu saja, sebaik-baiknya adalah mencari yg seiman (sama-sama Islam).
Terlebih si X mengatakan bahwa tidak ada hadits dari kedua istri Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini karena (alasan si X) hadits hanya diterima dari istri yg Islam.
Nampaknya si X melupakan (atau tidak tahu?) sejarah, bahwa menjelang pernikahannya dengan Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kedua istri ini MASUK ISLAM! Bahkan ada yg menyanggah pernyataan si X dengan mengatakan bahwa istri2 Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini PERNAH meriwayatkan hadits!
Saya kutip sanggahannya:
“Shafiyah ada 25 dalam Kutubut Tis’ah; Shahih Al-Bukhari 7 Hadits, Shahih Muslim 1 Hadits, .Sunan At-Tirmizi 3 Hadits, Sunan Abi Dawud 3 Hadits, Sunan ibn Majah 2 Hadits, di Musnad Ahmad 7, & Sunan Ad-Darimiy 2 Hadits.”
Anda bisa cek sumbernya di sini dan di sini.
Yang lebih parah lagi, saya pernah membaca pendapat si Y yg mengatakan bahwa pernikahan Khadijah RA dengan Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam TIDAK SAH, KARENA DILAKUKAN SECARA NON ISLAM (MENGGUNAKAN CARA NASRANI)!
Jika merujuk kepada kehidupan Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau menikahi Khadijah RA pada umur 25, yg notabene beliau BELUM menjadi RASUL. Namun si Y nampaknya sengaja menginformasikan sepotong-sepotong, karena setelah Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallammenjadi Rasul, maka pernikahan beliau dengan Khadijah RA DIULANG SESUAI DENGAN HUKUM ISLAM.
Sekali lagi, perang pemikiran (ghazwul fikri) terus dilancarkan oleh musuh2 Islam, yg tujuannya jelas, menjauhkan kaum muslim dari Islam.
Semoga kita terlindungi dari hal2 semacam ini.
17 Oktober 2011
Tanggal Berapa Nabi Muhammad SAW Lahir?l
Bismillah,
Hari ini saya mendapatkan informasi yg cukup mengejutkan (setidaknya bagi saya, karena informasi ini baru saya ketahui sekarang) bahwa sebenarnya Rasululloh SAW lahir BUKAN DI TGL 12 RABIUL AWAL seperti yg selama ini mayoritas kaum muslim percayai. Namun sebenarnya beliau lahir di tanggal 9 RABIUL AWAL!
Saya copy paste saja informasinya, berikut saya cantumkan sumbernya.
Informasi pertama:
Hari ini saya mendapatkan informasi yg cukup mengejutkan (setidaknya bagi saya, karena informasi ini baru saya ketahui sekarang) bahwa sebenarnya Rasululloh SAW lahir BUKAN DI TGL 12 RABIUL AWAL seperti yg selama ini mayoritas kaum muslim percayai. Namun sebenarnya beliau lahir di tanggal 9 RABIUL AWAL!
Saya copy paste saja informasinya, berikut saya cantumkan sumbernya.
Informasi pertama:
Muqoddimah
Apa yang akan kita katakan ketika kita ditanya tentang tanggal kelahiran Nabi Muhammad? Mungkin kebanyakan di antara kita akan menjawab, ‘Tanggal 12 Robi’ Al-Awwal tahun Gajah.” Saya kira ini sudah menjadi suatu hal yang telah disepakati. Seolah merupakan doktrin yang tak terbantahkan. Andai ada orang yang mengingkarinya atau menyelisihinya, mugkin orang itu akan ditentang habis-habisan.
Memang benar kenyataanya. Dari kita masih usia TK sampai kita lulus SMA, kebanyakan ustadz atau guru ngaji di daerah kita biasanya mengajarkan bahwa Nabi Muhammad lahir pada tanggal 12 Robi’ Al-Awwal tahun Gajah. Orang yang menyelisihi ‘ijma’ ini dianggap orang aneh atau bahkan sesat.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, para ulama ahli tarikh (sejarah) dan ahli falak terus-menerus mengadakan riset untuk memastikan apakah benar Nabi Muhammad dilahirkan pada tanggal itu.
Berikut akan disajikan data-data hasil riset para ulama ahli tarikh dan ahli falak berkenaan dengan tanggal kelahiran Nabi Muhammad, yang diambil dari literatur-literatur yang kredibel dengan tingkat validitas dan keakurasian yang tinggi, yang telah diakui oleh dunia Islam.
Hasil Riset Para Ahli Tarikh
Asy-Syaikh Shofiyy Ar-Rohman Al-Mubarokfuri menjelaskan, “Tanggal kelahiran Rosululloh sendiri menjadi perselisihan di kalangan para ahli sejarah. Sebagian ada yang mengatakan bahwa beliau lahir pada tanggal 12 Robi’Al-Awwal. Sebagian lagi mengatakan tanggal 10 Robi’ Al-Awwal. Dan yang lain lagi mengatakan tanggal 9 Robi’ Al-Awwal atau bertepatan tanggal 20 atau 22 April 571 M.” [Ar-Rohiq Al-Makhtum hal.54]
Al-Faqih Muhammad Ibnu Sholih Al-’Utsaimin berkomentar, “Malam kelahiran Rosululloh tidak diketahui secara qoth’i (pasti), bahkan sebagian ulama kontemporer menguatkan pendapat yang mengatakan kelahiran tersebut terjadi pada malam 9 Robi’ Al-Awwal dan bukan malam ke-12..” [Majmu’ Fatawa wa Rosail Asy-Syaikh Muhammad ibnu Sholih Al-’Utsaimin II:298-300]
Al-Mufassir Ibnu Katsir mengungkapkan, “Rosululloh dilahirkan pada hari Senin (HR.Ahmad I:277, Al-Bukhori no.3906, Muslim no.197,1162), setelah dua malam berlalu dari bulan Robi’ Al-Awwal. Ada yang berpendapat pada malam ke-8nya. Ada yang berpendapat pada malam ke-10nya. Ada lagi yang berpendapat pada malam ke-12nya. Az-Zubair ibnu Bakr menceritakan, ‘Beliau dilahirkan di bulan Romadhon.’ Namun pendapat ini aneh. Diceritakn oleh As-Suhaili dalam Ar-Roudhoh, ‘(Kelahiran –pen) itu terjadi pada tahun Gajah, yakni 50 hari sesudahnya. Ada juga yang berpendapat 10 tahun sesudahnya. Pendapat lain, 30 tahun setelah peritiwa tentara Gajah. Ada juga yang berpendapat 40 tahun sesudahnya. Yang benar beliau dilahirkan pada tahun Gajah tersebut.’ Diceritakan oleh Ibrohim ibnu Al-Mundzir Al-Khuzami, guru dari Al-Imam Al-Muhaddits Al-Bukhori, dan Kholifah ibnu Khoyyath serta ulama lainnya secara mufakat.” [Al-Fushul fi Siroh Ar-Rosul, Al-Mufassir Ibnu Katsir, hal.27, cet. Pustaka At-Tibyan, Indonesia]
Tanggal kelahiran Nabi Muhammad diperselisihkan ulama secara tajam. Ada yang mengatakan bahwa beliau lahir tanggal 2 Robi’ Al-Awwal, 8 Robi’ Al-Awwal (HR.Malik dan lainnya, dengan sanad shohih), 10 Robi’ Al-Awwal, 12 Robi’ Al-Awwal, 17 Robi’ Al-Awwal. Lihat Al-Bidayah wa An-Nihayah Al-Mufassir Ibnu Katsir II:260 dan Latho’if Al-Ma’arif Ibnu Rojab hal.184-185. semua pendapat ini tidak berdasarkan hadits yang shohih. Adapun hadits Ibnu Abbas dan Jabir yang menerangkan bahwa tanggal kelahiran Nabi Muhammad adalah tanggal 12 Robi’ Al-Awwal tidaklah shohih. Al-Mufassir Ibnu Katsir berkata tentang hadits tersebut, “Sanadnya terputus.” [Al-Bidayah wa An-Nihayah III:109]
Hasil Riset Para Ahli Falak
Banyak ahli falak yang berpendapat bahwa hari kelahiran beliau adalah pada tanggal 9 Robi’Al-Awwal., seperti Al-Ustadz Mahmud Basya Al-Falaki, Al-Ustadz Muhammad Sulaiman Al-Manshur Fauri, dan Al-Ustadz ‘Abdulloh ibnu Ibrohim ibnu Muhammad As-Sulaim, dimana beliau mengatakan, “Dalam kitab-kitab sejarah dan siroh dikatakan bahwa Nabi lahir pada hari Senin tanggal 10, atau 8, atau 12, dan ini yang dipilih oleh mayoritas ulama. Telah tetap tanpa keraguan bahwa kelahiran beliau adalah pada tanggal 20 April 571 M (tahun Gajah), sebagaimana telah tetap juga bahwa beliau wafat pada 13 Robi’ Al-Awwal. 11 H. yang bertepatan dengan 8 Juni 632 M. selagi tanggal-tanggal ini telah diketahui maka dengan mudah dapat diketahui hari kelahiran dan hari wafatnya beliau dengan jitu, demikian juga usia Nabi. Dengan mengubah tahun-tahun ini pada hitungan hari akan ketemu 22.330 hari dan bila diubah ke tahun qomariyyah akan ketemulah bahwa usia beliau 63 tahun lebih 3 hari. Dengan demikian hari kelahiran beliau adalah hari Senin 9 Robi’ Al-Awwal. tahun 53 sebelum Hijroh, bertepatan dengan 20 April 571 M.” [Taqwim Al-Azman hal.143, cet.pertama 1404 H]
Al-Faqih Muhammad ibnu Sholih Al-’Utsaimin bertutur, “Sebagian Ahli Falak belakangan telah meneliti tentang tanggal kelahiran Nabi. Ternyata jatuh pada tangggal 9 Robi’ Al-Awwal, bukan 12 Robi’ Al-Awwal.” [Al-Qoul Al-Mufid ‘ala Kitab At-Tauhid I:491. Sebagaimana dinukil dari Ma Sya’a wa Lam Yatsbut fi As-Siroh An-Nabawiyyah hal.7-8, kar. Muhammad ibnu ‘Abdulloh Al-Ausyan]
Kesimpulan
Dari sini jelaslah, pendapat tentang kelahiran Nabi Muhammad yang benar adalah pendapat yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad lahir pada hari Senin 9 Robi’ Al-Awwal. tahun 53 sebelum Hijroh, bertepatan dengan 20 April 571 M. Lalu jika demikian, maka peingatan kelahiran (maulid) Nabi Muhammad yang biasa diperingati pada malam ke-12 Robi’ Al-Awwal tidak ada dasarnya bila dilihat dari sisi sejarah. Dan sekaligus tidak ada dasarnya dari sisi syar’i. Lihat penjelasan tentang bid’ahnya peringatan Maulid Nabi Muhammad misalkan pada Majmu’ Fatawa wa Rosail Muhammad ibnu Sholih Al-’Utsaimin II:298-300, Iqtidho’ Shiroth Al-Mustaqim Al-Hafizh Ibnu Taimiyyah II:123-124, dan buku-buku para ulama salaf lainnya yang banyak sekali jumlahnya. Demikian yang bisa kami sajikan, saran dan kritik konstruktif sangat kami harapkan dari pembaca.
17 Oktober 2011
Do’a Nabi Musa as
Bismillah,
Salah satu doa yg sering saya panjatkan adalah doa Nabi Musa as. Doa ini diambil dari surat Thaha (20) mulai dari ayat 25-28.
Doa tersebut berbunyi sebagai berikut:
Doa ini sering saya panjatkan apabila menemui salah satu hal berikut:
- hendak menyelesaikan satu masalah
- hendak interview (pekerjaan)
- hendak ujian
- mesti menemui seseorang yg cerewet/galak
Semoga berguna
Salah satu doa yg sering saya panjatkan adalah doa Nabi Musa as. Doa ini diambil dari surat Thaha (20) mulai dari ayat 25-28.
Doa tersebut berbunyi sebagai berikut:
“Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku,Dari salah satu riwayat yg pernah saya baca, doa ini dipanjatkan Nabi Musa as saat hendak bertemu dan ‘melabrak’ Firaun. Salah satu hal yg saya ingat dari Nabi Musa as, dari cerita yg pernah saya dengar saat saya kecil, Nabi Musa as mempunyai ‘masalah’ dengan lidahnya, sehingga terkadang kata-katanya tidak terdengar jelas dan sulit untuk berkata-kata.
dan mudahkanlah untukku urusanku,
dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,
supaya mereka mengerti perkataanku.”
Doa ini sering saya panjatkan apabila menemui salah satu hal berikut:
- hendak menyelesaikan satu masalah
- hendak interview (pekerjaan)
- hendak ujian
- mesti menemui seseorang yg cerewet/galak
Semoga berguna
17 Oktober 2011
Jangan Mudah Meniru, Tirulah dari Sang Uswatun Hasanah
Bismillah,
Artikel ini saya muat kembali dalam rangka menyegarkan ingatan kita kepada Rasululloh SAW, sosok dan pribadi terbaik sepanjang masa yang pernah ada dalam peradaban manusia. Semoga kita bisa meneladani akhlak mulia beliau, walau hanya ’seujung kuku’.
Sudah fitrah manusia untuk selalu meniru orang lain. Seorang bayi bisa berbicara, mengucapkan kata setelah dia melihat dan menirukan dari wajah-wajah yang dia lihat setiap hari, setiap saat. Kita pun, selaku manusia dewasa juga meniru orang lain, sebagaimana kang Ibing ucapkan, kita akan meniru orang tua kita untuk menikah, punya anak, punya rumah, dst dst.
Rasululloh SAW sendiri mengajarkan dan menyebarkan Islam serta hanya ‘mengijinkan’ amal perbuatan yang telah beliau contohkan. Artinya, umat Islam haruslah MENIRU Suri Tauladan (Uswatun Hasanah) mereka terutama dalam beribadah dan hidup, karena contoh dari beliau-lah yang paling tepat dan afdhol.
Hal ini sudah dinyatakan di Al Qur’an, Al Ahzab(33):21,“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Melakukan ibadah selain yang dicontohkan beliau akan diancam dengan hukuman di neraka, karena sifatnya yang bid’ah. Sementara untuk beberapa hal dalam kehidupan (duniawi), menurut pendapat pribadi saya, tidak mencontoh beliau tidak mengapa selama tidak bertentangan.
Antara lelaki dan perempuan, saya berpendapat perempuanlah yang sering meniru. Tidak usah repot2, coba anda lihat tayangan iklan di tv, koran, atau media lain. Saya yakin mayoritas tayangan iklan ditujukan untuk kaum hawa. Kosmetik, busana, potongan harga, dst dst yang diperagakan oleh model atau bintang film atau artis, akan membujuk kaum hawa untuk menyisihkan sebagian harta mereka dan membeli produk tersebut demi agar mereka MIRIP dengan idola mereka itu.
Sesungguhnya, Islam tidaklah melarang tiru meniru ini, selama dalam koridor yang baik, tidak bertentangan dengan agama. Rasululloh SAW beserta keluarga beliau sendiri sudah memberikan banyak contoh yang baik untuk kehidupan sehari-hari. Hidup sederhana, tidak berlebihan, bisa menjadi manfaat (jalan kebaikan) bagi manusia (+alam) sekitar, dst dst. Semestinya hal seperti inilah yang ditiru dan dipraktekkan oleh kaum Islam.
Akan tetapi, kita (kaum muslim) yang hidup di alam modern ini, telah dijadikan sasaran ‘tembak’ yang empuk oleh kaum Nasrani dan Yahudi. Beribu cara dilakukan untuk membuat kita berpaling dari sebaik-baik contoh yang semestinya kita ikuti, menjadi domba dan penganut serta peniru yang setia dari contoh kaum Nasrani dan Yahudi. Tidak heran, karena jaman sekarang merupakan masa perang pemikiran (ghazwul fikri).
Betapa banyak kaum muslimah yang telah menutup auratnya kemudian menanggalkan penutup auratnya, demi mengejar karir atau hal2 yang bersifat duniawi lainnya. Seorang lelaki minum minuman keras di sebuah pesta demi menghormati tuan rumah. Anak membantah dan melawan orang tuanya karena mencontoh tayangan televisi, yang memperlihatkan adegan seorang anak membangkang terhadap perintah orang tuanya. Masih banyak hal lain yang diciptakan Nasrani dan Yahudi demi membuat kita semakin jauh dari contoh yang Islami.
Tidaklah heran Rasululloh SAW pernah bersabda yang intinya bahwa kelak umat beliau akan meniru perbuatan-perbuatan kaum Yahudi dan Nasrani. Beliau bahkan mengancam bahwa barang siapa umat beliau yang meniru perbuatan-perbuatan kaum Yahudi dan Nasrani berarti umat beliau telah keluar dari naungan beliau dan menjadi bagian kaum Yahudi dan Nasrani.
“Kalian sungguh-sungguh akan mengikuti jalan orang2 sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai seandai mereka masuk ke lubang dhabb1 niscaya kalian akan masuk pula ke dalamnya. Kami tanyakan: “Wahai Rasulullah apakah mereka yg dimaksud itu adl Yahudi dan Nashrani?” Beliau berkata: “Siapa lagi kalau bukan mereka?”” (HR Bukhari)
Masya ALLOH…sedemikian keras ancaman Rasululloh SAW, demi umatnya tetap menjadi umat terbaik dan tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif yang diajarkan musuh-musuh Islam.
Mari kita tengok diri kita sekarang, apakah kita sudah mencontoh cara hidup Rasululloh SAW? Tentunya mencontoh bukan berarti mencontoh begitu saja mentah-mentah. Semuanya mesti didasarkan argumen dan logika juga. Sebagai contoh, kita di Indonesia (menurut saya) tidak perlu menggunakan gamis sebagai baju sehari-hari, karena lingkungan Indonesia tidaklah sama. Namun, untuk urusan JILBAB, INI JELAS2 HARUS DILAKSANAKAN KARENA SUDAH TERCANTUM DI AL QUR’AN, bukan sekedar budaya.
Saya mengingatkan diri saya pribadi dan mengajak rekan2 muslim semua utk mulai mencermati pola hidup kita, apakah sudah sesuai dengan contoh dari Rasululloh SAW. Silakan memberi komentar dan menuliskan contoh kehidupan yang Islami, lalu sedikit demi sedikit kita mulai praktikkan di kehidupan sehari-hari.
17 Oktober 2011
Artikel ini saya muat kembali dalam rangka menyegarkan ingatan kita kepada Rasululloh SAW, sosok dan pribadi terbaik sepanjang masa yang pernah ada dalam peradaban manusia. Semoga kita bisa meneladani akhlak mulia beliau, walau hanya ’seujung kuku’.
Sudah fitrah manusia untuk selalu meniru orang lain. Seorang bayi bisa berbicara, mengucapkan kata setelah dia melihat dan menirukan dari wajah-wajah yang dia lihat setiap hari, setiap saat. Kita pun, selaku manusia dewasa juga meniru orang lain, sebagaimana kang Ibing ucapkan, kita akan meniru orang tua kita untuk menikah, punya anak, punya rumah, dst dst.
Rasululloh SAW sendiri mengajarkan dan menyebarkan Islam serta hanya ‘mengijinkan’ amal perbuatan yang telah beliau contohkan. Artinya, umat Islam haruslah MENIRU Suri Tauladan (Uswatun Hasanah) mereka terutama dalam beribadah dan hidup, karena contoh dari beliau-lah yang paling tepat dan afdhol.
Hal ini sudah dinyatakan di Al Qur’an, Al Ahzab(33):21,“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Melakukan ibadah selain yang dicontohkan beliau akan diancam dengan hukuman di neraka, karena sifatnya yang bid’ah. Sementara untuk beberapa hal dalam kehidupan (duniawi), menurut pendapat pribadi saya, tidak mencontoh beliau tidak mengapa selama tidak bertentangan.
Antara lelaki dan perempuan, saya berpendapat perempuanlah yang sering meniru. Tidak usah repot2, coba anda lihat tayangan iklan di tv, koran, atau media lain. Saya yakin mayoritas tayangan iklan ditujukan untuk kaum hawa. Kosmetik, busana, potongan harga, dst dst yang diperagakan oleh model atau bintang film atau artis, akan membujuk kaum hawa untuk menyisihkan sebagian harta mereka dan membeli produk tersebut demi agar mereka MIRIP dengan idola mereka itu.
Sesungguhnya, Islam tidaklah melarang tiru meniru ini, selama dalam koridor yang baik, tidak bertentangan dengan agama. Rasululloh SAW beserta keluarga beliau sendiri sudah memberikan banyak contoh yang baik untuk kehidupan sehari-hari. Hidup sederhana, tidak berlebihan, bisa menjadi manfaat (jalan kebaikan) bagi manusia (+alam) sekitar, dst dst. Semestinya hal seperti inilah yang ditiru dan dipraktekkan oleh kaum Islam.
Akan tetapi, kita (kaum muslim) yang hidup di alam modern ini, telah dijadikan sasaran ‘tembak’ yang empuk oleh kaum Nasrani dan Yahudi. Beribu cara dilakukan untuk membuat kita berpaling dari sebaik-baik contoh yang semestinya kita ikuti, menjadi domba dan penganut serta peniru yang setia dari contoh kaum Nasrani dan Yahudi. Tidak heran, karena jaman sekarang merupakan masa perang pemikiran (ghazwul fikri).
Betapa banyak kaum muslimah yang telah menutup auratnya kemudian menanggalkan penutup auratnya, demi mengejar karir atau hal2 yang bersifat duniawi lainnya. Seorang lelaki minum minuman keras di sebuah pesta demi menghormati tuan rumah. Anak membantah dan melawan orang tuanya karena mencontoh tayangan televisi, yang memperlihatkan adegan seorang anak membangkang terhadap perintah orang tuanya. Masih banyak hal lain yang diciptakan Nasrani dan Yahudi demi membuat kita semakin jauh dari contoh yang Islami.
Tidaklah heran Rasululloh SAW pernah bersabda yang intinya bahwa kelak umat beliau akan meniru perbuatan-perbuatan kaum Yahudi dan Nasrani. Beliau bahkan mengancam bahwa barang siapa umat beliau yang meniru perbuatan-perbuatan kaum Yahudi dan Nasrani berarti umat beliau telah keluar dari naungan beliau dan menjadi bagian kaum Yahudi dan Nasrani.
“Kalian sungguh-sungguh akan mengikuti jalan orang2 sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai seandai mereka masuk ke lubang dhabb1 niscaya kalian akan masuk pula ke dalamnya. Kami tanyakan: “Wahai Rasulullah apakah mereka yg dimaksud itu adl Yahudi dan Nashrani?” Beliau berkata: “Siapa lagi kalau bukan mereka?”” (HR Bukhari)
Masya ALLOH…sedemikian keras ancaman Rasululloh SAW, demi umatnya tetap menjadi umat terbaik dan tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif yang diajarkan musuh-musuh Islam.
Mari kita tengok diri kita sekarang, apakah kita sudah mencontoh cara hidup Rasululloh SAW? Tentunya mencontoh bukan berarti mencontoh begitu saja mentah-mentah. Semuanya mesti didasarkan argumen dan logika juga. Sebagai contoh, kita di Indonesia (menurut saya) tidak perlu menggunakan gamis sebagai baju sehari-hari, karena lingkungan Indonesia tidaklah sama. Namun, untuk urusan JILBAB, INI JELAS2 HARUS DILAKSANAKAN KARENA SUDAH TERCANTUM DI AL QUR’AN, bukan sekedar budaya.
Saya mengingatkan diri saya pribadi dan mengajak rekan2 muslim semua utk mulai mencermati pola hidup kita, apakah sudah sesuai dengan contoh dari Rasululloh SAW. Silakan memberi komentar dan menuliskan contoh kehidupan yang Islami, lalu sedikit demi sedikit kita mulai praktikkan di kehidupan sehari-hari.
17 Oktober 2011
Maksud Hati Ingin ‘Mencontoh’ Rasululloh SAW, Tapi Ternyata Salah
Bismillah,
Sebagaimana diketahui bersama, baru-baru ini kita dikejutkan dengan berita seorang ‘kiai’ (berusia 40 tahun lebih) yang menikahi seorang ANAK perempuan berusia 11 tahun (di beberapa sumber disebutkan berumur 12 tahun). Sang ‘kiai’ juga kemudian menikahi beberapa ANAK yang berusia lebih muda.
Sang ‘kiai’ mengatakan bahwa tindakannya ini diperbolehkan oleh agama (Islam) bla bla bla…dan ada ‘contoh’ dari Rasululloh SAW yg menikahi Aisyah yg berumur 7 tahun bla bla bla…
Pertanyaannya, apakah benar Islam (notabene Rasululloh SAW) mengajarkan hal seperti itu? Baiklah, mari kita lihat dan tinjau sejenak tentang ‘isu’ (hoax?) Rasululloh SAW menikahi Aisyah dalam usia 7 tahun tersebut.
Selama hampir 20 tahun, ‘kisah’ kehidupan Rasululloh SAW yg menikahi Aisyah yg (konon) berusia 7 tahun, tertanam dalam benak saya. Dan selama 5-6 tahun terakhir, ketika saya mulai bertobat dan (lebih) banyak belajar (lagi) tentang agama (Islam dan terkadang Kristen), barulah saya menyadari bahwa isu tersebut SERINGKALI dijadikan senjata oleh para orientalis dan musuh-musuh Islam, dengan menyatakan bahwa Rasululloh SAW adalah seorang (masya ALLOH) pedofilia (penyuka anak-anak kecil) bla bla bla…
Hanya saja, saya tidak bisa memberikan argumen yg tepat untuk membantah hal-hal tersebut, hingga beberapa waktu lalu saya sempat temukan sebuah artikel yang mengungkap ‘kebohongan’ Rasululloh SAW menikahi anak di bawah umur. Saat itu saya sudah berniat untuk memuatnya di blog ini, hanya saja artikelnya mendadak hilang.
Walhasil, saya mesti bongkar-bongkar arsip, yang butuh waktu cukup lama, karena tercecer di banyak dvd data.
Alhamdulillah, saya temukan sebuah artikel yang dimaksud, meski nampaknya bukan versi yang full, karena seingat saya, artikel yg saya simpan lebih panjang dan lebih jelas. Namun, saya pikir artikel di bawah ini cukup membantu ‘menjernihkan’ riwayat (hoax) pernikahan Rasululloh SAW dengan Aisyah.
Sayangnya artikel kritis ini tidak (mudah2an hanya belum saja) diketahui oleh masyarakat (muslim) secara luas. Akibatnya, kaum muslim sendiri tidak bisa membela aqidahnya ketika para musuh Islam meluncurkan senjata ‘mematikan’ ini . Dengan dimuatnya artikel ini di blog ini, mudah2an bisa membantu mencerahkan saudara2 kita yang lain.
Jadi, pak ‘kiai’, jika anda hendak mencontoh nabi (versi) anda, yaaa monggo. Tapi tolong JANGAN KATAKAN ANDA MENCONTOH RASULULLOH SAW, terutama jika anda (maaf)tidak belum menelaah secara rinci kehidupan Rasululloh SAW, terutama ‘contoh’ pernikahan Rasululloh SAW dg anak perempuan berumur 7 tahun, yg selama ini anda pahami (namun ternyata salah).
Semoga artikel ‘pencerahan’ ini bisa menyejukkan kaum muslim. Aamiin
Sebagaimana diketahui bersama, baru-baru ini kita dikejutkan dengan berita seorang ‘kiai’ (berusia 40 tahun lebih) yang menikahi seorang ANAK perempuan berusia 11 tahun (di beberapa sumber disebutkan berumur 12 tahun). Sang ‘kiai’ juga kemudian menikahi beberapa ANAK yang berusia lebih muda.
Sang ‘kiai’ mengatakan bahwa tindakannya ini diperbolehkan oleh agama (Islam) bla bla bla…dan ada ‘contoh’ dari Rasululloh SAW yg menikahi Aisyah yg berumur 7 tahun bla bla bla…
Pertanyaannya, apakah benar Islam (notabene Rasululloh SAW) mengajarkan hal seperti itu? Baiklah, mari kita lihat dan tinjau sejenak tentang ‘isu’ (hoax?) Rasululloh SAW menikahi Aisyah dalam usia 7 tahun tersebut.
Selama hampir 20 tahun, ‘kisah’ kehidupan Rasululloh SAW yg menikahi Aisyah yg (konon) berusia 7 tahun, tertanam dalam benak saya. Dan selama 5-6 tahun terakhir, ketika saya mulai bertobat dan (lebih) banyak belajar (lagi) tentang agama (Islam dan terkadang Kristen), barulah saya menyadari bahwa isu tersebut SERINGKALI dijadikan senjata oleh para orientalis dan musuh-musuh Islam, dengan menyatakan bahwa Rasululloh SAW adalah seorang (masya ALLOH) pedofilia (penyuka anak-anak kecil) bla bla bla…
Hanya saja, saya tidak bisa memberikan argumen yg tepat untuk membantah hal-hal tersebut, hingga beberapa waktu lalu saya sempat temukan sebuah artikel yang mengungkap ‘kebohongan’ Rasululloh SAW menikahi anak di bawah umur. Saat itu saya sudah berniat untuk memuatnya di blog ini, hanya saja artikelnya mendadak hilang.
Walhasil, saya mesti bongkar-bongkar arsip, yang butuh waktu cukup lama, karena tercecer di banyak dvd data.
Alhamdulillah, saya temukan sebuah artikel yang dimaksud, meski nampaknya bukan versi yang full, karena seingat saya, artikel yg saya simpan lebih panjang dan lebih jelas. Namun, saya pikir artikel di bawah ini cukup membantu ‘menjernihkan’ riwayat (hoax) pernikahan Rasululloh SAW dengan Aisyah.
Meluruskan Riwayat Pernikahan St ‘Aisyah RAAnda sudah baca? Mudah-mudahan cukup jelas.
Baru-baru ini [22 Desember 2002] diperingati hari ibu. Saya teringat riwayat pernikahan Ummul Mu’miniyn (Ibu para Mu’minin) Sitti ‘Aisyah Radhiaya Lla-hu ‘Anhaa yang perlu diluruskan. Seperti diketahui dalam riwayat yang umum dituliskan di buku-buku dan diajarkan di madrasah, maupun di sekolah umum St ‘Aisyah RA dinikahkan pada umur 6 tahun dan baru umur 9 tahun serumah dengan Nabi Muhammad SAW. Riwayat inilah yang perlu diluruskan.
Hadits mengenai umur St ‘Aisyah RA tatkala dinikahkan adalah problematis, alias dhaif. Beberapa riwayat yang termaktub dalam buku-buku Hadits berasal hanya satu-satunya dari Hisyam ibn ‘Urwah yang didengarnya sendiri dari ayahnya.
Mengherankan mengapa Hisyam saja satu-satunya yang pernah menyuarakan tentang umur pernikahan St ‘Aisyah RA tersebut. Bahkan tidak oleh Abu Hurairah ataupun Malik ibn Anas.
Itupun baru diutarkan Hisyam tatkala telah bermukim di Iraq. Hisyam pindah bermukim ke negeri itu dalam umur 71 tahun.
Mengenai Hisyam ini Ya’qub ibn Syaibah berkata: “Yang dituturkan oleh Hisyam sangat terpecaya, kecuali yang disebutkannya tatkala ia sudah pindah ke Iraq.”
Syaibah menambahkan, bahwa Malik ibn Anas menolak penuturan Hisyam yang dilaporkan oleh penduduk Iraq (Tahzib alTahzib, Ibn Hajar alAsqalani, Dar Ihya alTurath alIslami, jilid II, hal.50).
Termaktub pula dalam buku tentang sketsa kehidupan para perawi Hadits, bahwa tatkala Hisyam berusia lanjut ingatannya sangat menurun (alMaktabah alAthriyyah, Jilid 4, hal.301).
Alhasil, riwayat umur pernikahan St ‘Aisyah RA yang bersumber dari Hisyam ibn ‘Urwah, tertolak.
Untuk selanjutnya terlebih dahulu dikemukakan peristiwa secara khronologis:
- pre 610 Miladiyah (M): zaman Jahiliyah
- 610 M: Permulaan wahyu turun
- 610 M: Abu Bakr RA masuk Islam
- 613 M: Nabi Muhammad SAW mulai menyiarkan Islam secara terbuka
- 615 M: Ummat Islam Hijrah I ke Habasyah
- 616 M: Umar bin al Khattab masuk Islam
- 620 M: St ‘Aisyah RA dinikahkan
- 622 M: Hijrah ke Madinah
- 623/624 M: St ‘Aisyah serumah sebagai suami isteri dengan Nabi Muhammad SAW
Menurut Tabari: Keempat anak Abu Bakr RA dilahirkan oleh isterinya pada zaman Jahiliyah, artinya pre-610 M. (Tarikh alMamluk, alTabari, Jilid 4, hal.50). Tabari meninggal 922 M.
Jika St ‘Aisyah dinikahkan dalam umur 6 tahun berarti St ‘Aisyah lahir tahun 613 M. Padahal manurut Tabari semua keempat anak Abu Bakr RA lahir pada zaman Jahiliyah, yaitu pada tahun sebelum 610 M. Alhasil berdasar atas Tabari, St ‘Aisyah RA tidak dilahirkan 613 M melainkan sebelum 610.
Jadi kalau St ‘Aisyah RA dinikahkan sebelum 620 M, maka beliau dinikahkan pada umur di atas 10 tahun dan hidup sebagai suami isteri dengan Nabi Muhammad SAW dalam umur di atas 13 tahun.
Jadi kalau di atas 13 tahun, dalam umur berapa? Untuk itu marilah kita menengok kepada kakak perempuan St ‘Aisyah RA, yaitu Asmah.
Menurut Abd alRahman ibn abi Zannad: “Asmah 10 tahun lebih tua dari St ‘Aisyah RA (alZahabi, Muassasah alRisalah, Jilid 2, hal.289).
Menurut Ibn Hajar alAsqalani: Asmah hidup hingga usia 100 tahun dan meninggal tahun 73 atau 74 Hijriyah (Taqrib al Tahzib, Al-Asqalani, hal.654).
Alhasil, apabila Asmah meninggal dalam usia 100 tahun dan meninggal dalam tahun 73 atau 74 Hijriyah, maka Asma berumur 27 atau 28 tahun pada waktu Hijrah, sehingga St ‘Aisyah berumur (27 atau 28) - 10 = 17 atau 18 tahun pada waktu Hijrah, dan itu berarti St ‘Aisyah mulai hidup berumah tangga dengan Nabi Muhammad SAW pada waktu berumur 19 atau 20 tahun. WaLlahu a’lamu bishshawab.
*** Makassar, 29 Desember 2002
[H.Muh.Nur Abdurrahman]
Sayangnya artikel kritis ini tidak (mudah2an hanya belum saja) diketahui oleh masyarakat (muslim) secara luas. Akibatnya, kaum muslim sendiri tidak bisa membela aqidahnya ketika para musuh Islam meluncurkan senjata ‘mematikan’ ini . Dengan dimuatnya artikel ini di blog ini, mudah2an bisa membantu mencerahkan saudara2 kita yang lain.
Jadi, pak ‘kiai’, jika anda hendak mencontoh nabi (versi) anda, yaaa monggo. Tapi tolong JANGAN KATAKAN ANDA MENCONTOH RASULULLOH SAW, terutama jika anda (maaf)
Semoga artikel ‘pencerahan’ ini bisa menyejukkan kaum muslim. Aamiin
17 Oktober 2011
Putra Nabi
Abdullah bin Muhammad
Putra beliau dari Khadijah, meninggal ketika masih kecil.
Ibrahim bin Muhammad (wafat 10 H)
Putra Nabi dari Mariah Qibtiah. Dia hanya hidup selama 18 bulan. Nabi menyaksikan ketika dia menghembuskan nafas yang terakhir sambil meneteskan air mata, beliau berkata “mata boleh meneteskan air, hati boleh bersedih, tapi kita tidak boleh mengucapkan kalimat yang tidak diridai Allah”.
Qasim bin Muhammad
Putra beliau dari Khadijah yang meninggal ketika masih kecil.
Putri Nabi
Fatimah binti Muhammad (wafat 11 H)
Putri bungsu Rasulullah SAW dari Khadijah yang paling disayangi oleh Rasulullah SAW. Dia tergolong wanita Quraisy yang genius dan pintar bicara. Dia menikah dengan Ali bin Abu Thalib. Dari perkawinan ini lahirlah Hasan, Husain, Ummi Kultsum dan Zainab. Dia meninggal 6 bulan setelah wafatnya Rasulullah. Dan dari Fatimah Az-Zahro¡¦ini lahirlah dzuriyah Rasul sampai sekarang, yang di masyarakat lazim dijuluki Sayid, Habib ataupun Syarief.
Ruqaiah binti Muhammad (wafat 2 H)
Putri Rasulullah SAW. dari Khadijah yang dipersunting oleh Utbah bin Abu Lahab sewaktu Jahiliah. Setelah munculnya Islam dan turunnya ayat yang berarti “Celakalah kedua tangan Abu Lahab dan dia juga akan celaka” (S. Al-Masad ayat 1)dia langsung dicerai oleh suaminya atas perintah Abu Lahab. Dia memeluk Islam bersama ibunya. Kemudian dia dinikahi oleh Usman bin Affan dan ikut bersama suaminya hijrah ke Abessina (habasyah ), kemudian mereka kembali dan menetap di Madinah seterusnya meninggal di kota itu pula.
Ummi Kultsum binti Muhammad (wafat 9 H/639 M)
Putri Rasulullah dari Khadijah yang dipersunting oleh Utaibah bin Abu Lahab pada masa Jahiliah. Setelah turunnya ayat yang artinya: “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia juga akan binasa.” (S. Al-Masad ayat 1) ia dicerai oleh Utaibah atas perintah Abu Lahab. Sepeninggal kakaknya, Ruqaiyah, istri pertama Usman dia dinikahi oleh Usman bin Affan. Dia ikut berhijrah ke Madinah.
Zainab binti Muhammad (wafat 8 H.)
Putri sulung Rasulullah yang dipersunting oleh Abul Ash bin Rabi’. Dia memeluk agama Islam dan ikut hijrah ke Madinah, sementara suaminya bertahan dalam agamanya di Mekah sampai dia tertawan dalam perang Badar. Di saat itu, Rasulullah meminta kepadanya untuk menceraikan Zainab, lalu diceraikannya. Setelah dia masuk Islam, Rasulullah SAW. mengawinkan mereka kembali.
Putra beliau dari Khadijah, meninggal ketika masih kecil.
Ibrahim bin Muhammad (wafat 10 H)
Putra Nabi dari Mariah Qibtiah. Dia hanya hidup selama 18 bulan. Nabi menyaksikan ketika dia menghembuskan nafas yang terakhir sambil meneteskan air mata, beliau berkata “mata boleh meneteskan air, hati boleh bersedih, tapi kita tidak boleh mengucapkan kalimat yang tidak diridai Allah”.
Qasim bin Muhammad
Putra beliau dari Khadijah yang meninggal ketika masih kecil.
Putri Nabi
Fatimah binti Muhammad (wafat 11 H)
Putri bungsu Rasulullah SAW dari Khadijah yang paling disayangi oleh Rasulullah SAW. Dia tergolong wanita Quraisy yang genius dan pintar bicara. Dia menikah dengan Ali bin Abu Thalib. Dari perkawinan ini lahirlah Hasan, Husain, Ummi Kultsum dan Zainab. Dia meninggal 6 bulan setelah wafatnya Rasulullah. Dan dari Fatimah Az-Zahro¡¦ini lahirlah dzuriyah Rasul sampai sekarang, yang di masyarakat lazim dijuluki Sayid, Habib ataupun Syarief.
Ruqaiah binti Muhammad (wafat 2 H)
Putri Rasulullah SAW. dari Khadijah yang dipersunting oleh Utbah bin Abu Lahab sewaktu Jahiliah. Setelah munculnya Islam dan turunnya ayat yang berarti “Celakalah kedua tangan Abu Lahab dan dia juga akan celaka” (S. Al-Masad ayat 1)dia langsung dicerai oleh suaminya atas perintah Abu Lahab. Dia memeluk Islam bersama ibunya. Kemudian dia dinikahi oleh Usman bin Affan dan ikut bersama suaminya hijrah ke Abessina (habasyah ), kemudian mereka kembali dan menetap di Madinah seterusnya meninggal di kota itu pula.
Ummi Kultsum binti Muhammad (wafat 9 H/639 M)
Putri Rasulullah dari Khadijah yang dipersunting oleh Utaibah bin Abu Lahab pada masa Jahiliah. Setelah turunnya ayat yang artinya: “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia juga akan binasa.” (S. Al-Masad ayat 1) ia dicerai oleh Utaibah atas perintah Abu Lahab. Sepeninggal kakaknya, Ruqaiyah, istri pertama Usman dia dinikahi oleh Usman bin Affan. Dia ikut berhijrah ke Madinah.
Zainab binti Muhammad (wafat 8 H.)
Putri sulung Rasulullah yang dipersunting oleh Abul Ash bin Rabi’. Dia memeluk agama Islam dan ikut hijrah ke Madinah, sementara suaminya bertahan dalam agamanya di Mekah sampai dia tertawan dalam perang Badar. Di saat itu, Rasulullah meminta kepadanya untuk menceraikan Zainab, lalu diceraikannya. Setelah dia masuk Islam, Rasulullah SAW. mengawinkan mereka kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar